Kamis, 08 September 2011 1 komentar

Saat tangan itu kujabat

Jika jatuh cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada, maka bertahun-tahun yang lalu aku telah sukses dibuat jatuh cinta pada saat mata ini pertama kali menatapnya.

Dialah satu-satunya orang yang untuk beberapa waktu membuatku lupa akan pria berkacamata dan berkumis tipis (tegetebete) yang kusuka mati-matian (bahkan sampai sekarang).

Beberapa hari yang lalu aku diberi kesempatan menatap matanya lagi. Setelah sekian lama aku hanya berkemampuan meliriknya di jendela maya. Saat itu kita juga sempat berjabat tangan.

“Maafin gue ya.” Itu katamu. Aku baru sadar, ini pertama kali aku bertemu dengannya selepas libur hari raya.

Anehnya, ketika aku dan dia saling melempar senyum dan saat tangan kita bersentuhan, aku sudah tak merasa deg-degan lagi, aku tak gugup lagi, dan kakiku tak gemetar lagi.

Apa yang terjadi, apa telah terjadi evaporasi dengan perasaanku untuknya hingga ke stratosfer dan tak bersisa sedikitpun untuk membuatku kuat menunggunya lebih lama lagi?
Apa sekarang aku telah menyerah pada waktu?
Apa aku telah menyerah pada keadaan?
Menyerah pada ketidakmampuanku sendiri?
Kenyataannya, aku memang telah memutuskan untuk menyerah pada takdir. Takdir bahwa kau telah memilih jalan bahagiamu sendiri bersamanya.

Aku bersyukur. Terima kasih Tuhan, Kau telah membuatku tak seperti orang gila lagi saat tangan itu kujabat dan mata itu kutatap. :)
 
;