Kamis, 07 Mei 2015 0 komentar

Bandung dan 16 Jam yang Kita Habiskan Bersama

Aku menyingkap selimut dengan segera dan merapikan tempat tidur tanpa aba-aba. Belum tepat pukul 7 pagi, aku sudah benar-benar beranjak dari empuknya kasur.

Padahal, kata orang bangun pagi di hari Minggu sifatnya mubazir. Nikmati hari liburmu di hangatnya pelukan tempat tidur, semaksimal mungkin. Haha.

Jangan salah, aku ingin tetap menikmati hari libur ini, iya, tapi dengan cara yang lain. Rencananya aku akan menghabiskan hari dengan seseorang yang baru-baru ini kerap membuat rongga dadaku sesak karena menahan rindu. *tapi boong*

Pukul 8 pagi, aku sudah berjalan kaki ke tempat di mana biasanya dia menjemputku. Tak lama, laki-laki menyebalkan itu tiba. Menyebalkan karena sukses membuatku merasakan gejolak seperti anak SMA lagi. Menyebalkan karena yaaaaa dia memang menyebalkan. Huh.

Dikarenakan kita hanya bisa bertemu di akhir pekan. Aku meminta untuk bisa menghabiskan waktu seharian, berdua, hari ini. Bandung pun dipilih sebagai tujuan.

Pernah kutulis di blog-ku yang lain kalau dia adalah sosok pria pemalu yang selalu berhasil membuatku gregetan. Bagaimana tidak, bahkan menyatakan perasaannya saja dia lakukan via telepon.

Seakan tak terima 'ditembak' dengan cara itu, di hari Minggu ini aku lantas memintanya mengulangi secara langsung apa yang dia utarakan di telepon beberapa waktu lalu. Dia bilang dia malu, sulit untuk melakukannya. Aku memang membaca itu di wajahnya.

Namun, setelah kutunggu, akhirnya dia mau. Dia pegang tanganku dan memasang wajah (sok) serius. Mengatakan apa yang dia katakan dulu. Aku lantas mengucapkan terima kasih karena dia mau mengeluarkan apa yang ingin dia sampaikan. Berani melawan ketakutannya.

Lalu, lama kelamaan, ada yang basah di tangannya. Ternyata karena keringat. Dia menyalahkanku karena telah membuatnya salah tingkah dan susah berkata-kata. Bahkan telah membuat tangannya basah. "Kamu sih, aku sampe keringet dingin," ujarnya.

Aku kemudian tertawa. Entah kenapa. Tawa yang cukup panjang. Dia hanya menutup mukanya dengan tangan. Sisi anak kecilnya muncul. Haha.

Tapi.... lama kelamaan aku justru takut dengan keringat dingin itu.

"Kayaknya nanti kamu jangan pegang tangan aku lagi deh" ucapku pelan.
"Kenapa emangnya?"
"Aku takut akan ada waktu di mana kamu pegang tangan aku dan gak keringet dingin lagi. Artinya perasaan kamu udah beda"
"Nggak lah, tadi kan gara-gara kamu minta aku nembak kamu lagi, ya pantes keringetan gitu"

Di Bandung, kita memilih berjalan kaki ke sana ke mari, menyusuri setiap sudut kotanya. Mengisi langkah dengan tawa dan obrolan bermacam tema.

Kadang, aku suka melempar candaan yang akan kerap diakhiri dengan dia bilang "Kayakanya kamu belum minum obat" atau "Aku boleh pulang duluan gak". LOL.

"Aku mau solat dulu ya, kamu nunggu di mana?" ujarnya.
"Di pelaminan"
"...."

Tapi lama kelamaan, dia ketularan juga. Haha. Itu cuma satu contoh kecil. Saking banyaknya, dia sampai bilang aku sebaiknya diam.

"Lho emang kenapa?"
"Takutnya kamu gombalnya sekarang doang, nanti gak mau gombal-gombal lagi,"
"..."

Setelah berkilo-kilo meter kita berjalan kaki. Hari pun beranjak gelap. Akhirnya kita putuskan untuk meninggalkan Bandung saat senja mulai tenggelam di barat. Yap, Senin sudah menunggu di Jakarta.

Sampai di Stasiun.... tiket keretanya habis. Hmm.. Salah sendiri sih lupa beli dari pagi. Padahal, minggu malam adalah 'prime time' orang-orang pulang kembali ke Ibu Kota.

Kemudian muncul pilihan, travel atau bus? Tik tok tik tok. Bus jadi pilihan. Kebetulan aku pribadi sudah cukup lama tak bepergian dengan bus.

Kira-kira jam 12 malam lewat sedikit, aku sampai kembali di tempat di mana dia menjemputku tadi pagi. Fiuh.. Total.. kira-kira 16 jam aku menghabiskan waktu dengannya. Kencan yang menyenangkan. Haha.. *pijet2 kaki*

Jakarta-Bandung-Jakarta, 26 April 2015
 
;